ini pengamatanku sendiri. lagi - lagi terhadap orang yang ku sayang. aku tau semua orang akan dan pasti melakukan kesalahan di dalam hidupnya, begitupun ia kurasa.
mula - mula aku bertanya layaknya seorang polisi yang begitu niat mengintrogasi seorang tersangka, hingga merasa terintimidasi dengan berbagai pertanyaan yang melanda.
tapi aku menyadari disini aku bukanlah polisi yang bertugas mengintrogasi, aku ini bak seorang istri (pengharapan) yang harus memeluknya meskipun badannya kering kerontang, meskipun jiwanya begitu terguncang, meskipun orang - orang sudah menganggapnya tak layak dipandang.
tapi aku TIDAK! aku seperti terbakar api menyala - nyala menyerukan keadilan kepada umat manusia,, aku berkoar walaupun koar seorang pengecut dalam lingkup jejaring sosial di era kini.
aku sudah merasa sangat bebal terhadap orang yang memojokan kesalahan orang lain. aku sudah terlanjur kesal dengan orang yang begitu berambisi menjadi seorang pemimpin yang memakai topeng sebuah delegasi.
aku sungguh benci.
ingin ku teriakan di depan wajah - wajah penjilat yang menjijikan, layaknya antek - antek Soeharto di era 98 yang pada ujungnya menggulingkan ia dengan mudah dan mempropogandakan Habiebie.
Tidakkah kalian memiliki nurani seorang kawan? tidakkah kalian memiliki nurani kekeluargaan?
sampai mana akan kau bawa semua uang yang terbuat dari kertas dan popularitas yang tak jelas?
hanya satu, dua yang punya hati untuk mengasihi dengan memberi kesempatan. itu pun tak mampu untuk terang - terangan. sungguh politik busuk memang selalu menjijikan.
kelak jika saudara - saudaraku, keturunan - keturunanku menjadi penguasa, tak akan kubiarkan mereka menjalani peraturan menuju neraka. jika mereka arogan dan melakukan segalanya dengan membabi buta tak segan kuludahi mereka didepan rakyat dunia.
kau ya kau orang baik yang masih belum mampu ditelisik, janganlah mudah untuk tergelitik dengan mulut - mulut licik yang hanya ingin menarik simpatik. kau punya kesetiakawanan janganlah kau memakannya demi kejayaan.
kau yang begitu ku sayangi, tetaplah engkau berdiri, sesalah apapun kau dimata mereka aku tetap disini dan selalu sadar diri..
kemudian aku menatap nanar keluar jendela, berdoa kembali untuk kebahagiaan kita semua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar