ROMANSA KEMBALI
Tami hanya bisa menyendiri dikamarnya menangis dan menyesali hubungannya dengan Rey kini . Dalam Hatinya dia berkata “Sebodoh ini kah saya tuhan ! hingga semua harus berakhir secepat ini” .
Dia hanya terus menjungkir balikan handphone yang ada digenggamannya , berharap ada satu pesan saja yang Rey kirim untuknya . Hingga akhirnya dia tertidur lelap walau dengan sedikit airmata yang mengalir dan menemani tidurnya .
Pagi ini raut mukanya begitu kusut seperti hilang gairah hidup , ”Mah Tami berangkat kuliah !” Wajah muramnya itu berpamitan pada sosok ibu yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya . Tak henti – hentinya dia melamun didalam bis kota sesekali wajahnya sudah terlihat sangat tidak kuat menahan tangis dan teriakan yang memang ingin dia keluarkan . ”Tam, kamu yang sabar ya ! mungkin ini emang jalan terbaik buat kamu sama Ray!” Indah menenangkan Tami yang memang sangat terlihat down . ”Iya Tam jadiin pelajaran aja buat sekarang mungkin ini terbaik buat Rey walaupun emang belum bisa dibilang terbaik buat kamu ” Irena menambahkan . ” Iya aku gak apa – apa kok Cuma ya sedikit sedih dan sakit hati masih wajarkan ” Tami akhirnya menyaut dengan lemahnya . ”iya wajar kok , kalo kamu mau nangis ya nangis aja kalo emang itu bisa bikin kamu lega ! sakit hati itu pasti ada lah tapi gak baik juga kalo kamu terus – terusan gini !” ”iya ren makasih supportnya , aku udah ngerasa sedikit lega ada kalian juga !” . Dan obrolan pun terus berlanjut sesekali Tami tak kuasa menahan air mata yang keluar sambil bercerita tentang keluh kesah dan tanda tanya besar di hatinya itu . Sepanjang hari nya di kampus dia tidak bisa melepaskan pikirannya dari permasalahannya itu, memang cukup menguras tenaga dan hati nya. Betapa tidak ? kebersamaannya dengan Rey bukan dalam waktu yang singkat. Satu tahun lebih mereka bersama – sama dan tentunya banyak kisah yang mungkin berat untuk dilupakan. Itu yang semakin menambah sesak dadanya, terlebih dia hanya seorang perempuan, berbeda dengan lelaki yang terkadang egoistis.
”Udah pulang tam? Makan dulu sana” Mama menyaut Tami yang sudah terlihat didepan tv, ”iya ma!” hanya itu yang keluar dari mulutnya dan bergegas pergi menyendiri lagi di kamarnya. Dan apa yang ditunggu – tunggunya itu datang Rey datang mengabari lewat sms ”Maaf tam” hanya itu sms yang diterima. Segera Tami membalasnya ” gak apa – apa ” sedikit munafik memang dengan kenyataan hatinya yang sudah seperti gelas pecah yang berhamburan. ”Kamu pasti bisa dapet yg lebih baik dari aku” Rey membalas dan obrolan di sms itu terus berlanjut . ”Ga segampang yang kamu fikir! Buat aku ngelupain kamu itu susah” ”Kenapa susah? Aku juga bisa kok! Lama – lama juga pasti kamu lupa” ”emang segampang itu ya buat kamu ngelupain apa yang udah kita jalani setaun ini?” ”Iya maav tam aku udah lupa semuanya, aku jenuh pacaran sama kamu!”. Tami benar – benar tak kuasa menahan tangisnya betapa mirisnya nasib dia , dengan kata – kata Rey yang memang terdengar begitu kejam. Teman – teman dekatnya berusaha mengihiburnya dengan menemaninya walaupun hanya lewat berkirim pesan di sms dan facebook.
Hati Tami mungkin sudah mulai sedikit tenang dan bagusnya lagi dia bisa pulang ke Kota Bandung, tentu saja Tami gembira karena disana dia bisa bertemu Rey pujaan hatinya hingga saat ini. Dia masih berharap hubungannya masih bisa untuk dikembalikan, apalagi dengan sikap Rey yang mulai mencair. Malam itu Tami bergegas mengepak bajunya, ”Hati – hati ya tam dijalannya” Mama mengingatkan ”Iya ma, Tami pergi assalamualaikum” ”Waalaikumsalam” begitu tenang sosok mama menjawab sambil memandangi Tami yang mulai beranjak hilang dari pandangannya.
Akhirnya dia sampai di kota tercintanya itu, ayah nya begitu setia menunggu untuk menjemput Tami. Memang dingin udara di kota ini , namun tetap semangat menginjakan kaki nya di kota ini. Ia tidur hingga matahari menjelang siang menghampiri jendela kamarnya, ”Hey” itu pesan yang Tami dapatkan dari Rey. Begitu semangat Tami membalasnya dan hingga akhirnya Rey mengajak Tami bertemu. Senangnya Hati Tami saat itu. Hingga akhirnya Tami bergegas bersiap – siap untuk bertemu pujaan hatinya itu. ” Mau kemana de? ” Ayah memanggil dari arah dapur ” Pergi yah! ” ”jangan kemaleman ya pulangnya” ”iya!”.
Tami berdiri dengan setianya menunggu Rey dan akhirnya dia datang bersama motor maticnya yang terrlihat begitu klasik. ”mau pergi kemana?” Rey bertanya dan melempar senyum ”Terserah” Tami sedikit bingung karena terkesima oleh rasa gembiranya bertemu Rey walau kenyataannya kini mereka sudah menjadi teman biasa. ”kita cari makan dulu aja yu?” Rey bertanya, ”Iya ayo” .
Mereka pun sampai di sebuah cafe kecil yang memang terlihat sedeharna, tapi itu memang kebiasaan mereka selama berpacaran mengelilingi kota Bandung untuk berwisata kuliner, dan faktanya setelah berpisah mereka masih jalan bersama seperti sekarang. Keinginan terbesar dalam hati kecil Tami itu masih sangat besar, namun dia tidak kuasa untuk merangkai kata – kata terhadap Rey. ”Kita udah putus tapi kaya yang masih pacaran ya?” Rey dengan polosnya berkomentar ”hmmm” Tami hanya tersenyum.
Hari – hari mungkin berlalu terlalu cepat bagi seorang Tami, karena dibeberapa hari itu dia tidak mampu juga mengatakan apa yang ingin dia katakan pada Rey, sungguh miris sekali. Hingga hari terakhirnya di kota itu pun telah tiba, ”Tam bangun siang!” seperti biasa ayah yang selalu mengoceh begitu ”Iya yah” Tami bergegas bangun dari tempat tidurnya. Pagi itu hatinya memang cukup merasa sedih apalagi kenyataannya dia tidak bisa memperbaiki hubungannya bersama Rey.
Siangnya Tami mulai merasa jenuh berdiam diri dirumah, ”Don, maen yu?” Tapi mengirim sebuah pesan ”Maen kemana siang – siang gini ? ” Kemana aja lah” ”Okelah kerumah aja ya” ”sip lah”. Tami langsung mengambil tasnya dan bergegas pergi ke rumah Dony. Sesampainya disana Terlihat sosok pria yang berjalan dari arah dapur, ya siapa lagi kalau bukan Dony. ”ayo masuk!” ”ih belom mandi ya! Kusut banget tuh muka” ”hehehe, udah kok tadi ! mau kemana ini?” ”kita ke hutan pinus aja yu?” ”oh ayo deh kebetulan belum pernah kesana!” ”iya ganti celana dong masa pake kolor gitu!” ”hahaha, iya tenang masa pake ini”. Dan mereka pun pergi menuju hutan pinus tempat yang sedikit sejuk dan mungkin nyaman untuk merenung dan menenangkan hati.
Dony mengendarai motor dengan begitu pelan dan hati – hatinya, sepanjang jalan mereka membicarakan berbagai hal, termasuk Farida kekasih Dony. Yah memang mereka belum lama ini jadian, jadi wangi – wangi bunga dalam hubungan mereka masih tercium. Tapi Tami beruntung karena Dony masih mau menemaninya dikala dirinya sedih. Dony menoleh ke kiri dan kanan yah untuk mencermati bagaimana pinus dan mulai mencoba menikmati suasananya. ”Sepi yah?” ”iya tapi kalo hari – hari weekend biasanya penuh! Udah kaya alun – alun aja bukan hutan lagi!” ”hahahah” Dony melempar senyum. Mereka berjalan menyusuri jalan tanah untuk mencari tempat duduk yang nyaman yang memang beralaskan rumput hijau saja. Sebuah pohon besar dekat kandang kijang mereka mulai merebahkan badannya. Setelah sebelumnya mereka memandangi kijang – kijang sambil beriang canda. ”kamu sama si Rey itu sebenernya gimana sih?” Dony mulai membuka pembicaraan mengenai hubungan Rey dan Tami ”hmm, aku juga bingung! Dia bilang dia udah gak punya perasaan apa – apa sama aku Don! Tapi sikapnya dan omongannya masih ngeliatin dia peduli” ”Munafik si Rey! Padahal kalo dia emang masih mau lanjutin aja, tapi kalo emang udah ya jangan mainin kamu kaya gini dong!” ”iya gak tau lah, aku juga gak ngerti Don apa mau dia sebenarnya !”” ”ya udahlah,kamu sabar aja. Nanti juga dia bakal ngerasain bedanya hidup tanpa kamu” ”Ya mudah – mudahan aja si Don tapi kalo menurut aku , kemungkinan dia gitu tuh nihil banget” ” Ya intinya sabar dulu aja lah” ”hahaha iya Don!” akhirnya Tami bisa sedikit tertawa ketika bersama Dony.
Malam mulai menjelang dan Tami memang harus segera kembali kerumahnya, dia harus kembali ke rutinitasnya di Jakarta. Yah, sebenarnya itu membuat dia sangat sedih ditambah dengan sikap Rey yang membuat dia kecewa dan penuh air mata untuk hari ini. ”Nyesel gak ketemu kamu L” Rey mengirim sebuah pesan pada Tami, namun hati Tami sudah penuh kekesalan akibat sikap Rey tadi dan membalas dengan nada juteknya ”Kamu sendiri yang tadi nolak ketemu!” ”Yah tadi keburu bete sih” ”Ya udahlah udah lewat!” Tami membalasnya jutek. Tami menyiapkan barang – barang bawaanya dan diantar ayahnya menuju bis, yah memang terlihat perasaan yang berat di wajah Tami. Sepanjang perjalanan menuju bis, dia memandangi jalan dan suasana – suasana yang pasti akan sangat dia rindukan bersama kepedihan hatinya kini, dan air mata spontan keluar dari matanya. Ketika di bis dia mendapat pesan dari Rey dan Dony , yah tidak jauh hanya sekedar mengingatkan agar berhati – hati selama perjalanan. Sebenarnya Tami masih cukup beruntung dengan perhatian – perhatian Rey yang memang tidak terlalu berubah padanya, namun sayangnya Tami masih mengharapkan hubungannya berlangsung lama.
Dini hari Tami sampai dan di jemput abangnya Irwan, hawa panas Jakarta sangat terasa. ”Mau makan Tam?” Sesampainya dirumah Ibu Tami menyodorkan makanan – makanan yang ada, ”Ah engga mah , aku ngantuk” Tami bergegas menyimpan tas dan menjatuhkan badannya diranjang. Mungkin dia cukup lelah selama perjalanan dan yang paling melelahkan pikirannya yang tidak bisa menjauh dari Rey. Tami tidur terlelap ”Tam, bangun! Kuliah jam berapa” Ibu menggoyang – goyangkan badan Tami agar ia terbangun. ”Iya mah bentar lagi!”. Tami bergegas mandi dan bergegas pergi ke kampus, ”Ih Tami gue kangen! Kemana aja lo” Indah begitu riang menyambut kedatangan Tami ”Ha ha ha lebay ah!” Tami kini bisa sedikit senyum dengan suasan ramai di kampus ditambah dengan kenyamanan yang mulai dia rasakan dengan duni barunya itu. ”Gimana lo sama si Rey?” ”Hmmm masih belum bisa” ”Yah,, sabar aja ya Tam kalo jodo gak bakal kemana” Indah menjawab dengan nada sedikit menyesalkan, ”Ya udahlah In, gue juga udah ga terlalu ngarep lagi kok sekarang” ”Ya sukur deh kalo gitu! Tenang masih banyak yang bisa digebet” Indah mencoba menghibur ”hmm(tersenyum kecil)” Tami tidak bisa berkomentar apa – apa.
Dia mulai disibukan dengan aktivitas dan tugasnya yang semakin hari semakin menumpuk, namun setidaknya itu menjadi jalan yang bagus agar Tami bisa lebih mengalihkan perhatiannya dari kesedihan memikirkan hubungannya dengan Rey.
Ini memang suatu siklus yang sangat biasa dalam hidup, ketika Tami sudah mulai melupakan dan mengikhlaskan apa yang telah lepas dari tangannya, Rey datang dengan sejuta perhatiannya terhadap Tami. ”In si Rey ngontek gue lagi!” ”Ya bagus dong! Bukannya itu yang lo mau? ” Iya sih tapi kok gue malah jadi sedikit risih yah?” ”Ah itu cuman pikiran sesaat, lo jangan sia – siain kesempatan ini” ”Eum gitu, okelah! Thanks ya!” ”Yooo” dan akhirnya percakapan mereka di telepon berakhir. ”Lagi apa Tam?” ”Lagi ngerjain tugas! Kamu?” ”Lagi diem.hoho” Ya itulah segelintir sms Tami dan Rey.
Akhirnya Tami dan Rey mulai bisa membangun suasana seperti biasa kembali, walaupun kenyataanya semua itu belum sampai pada titik yang diinginkan Tami, yaitu kembali bersama.
Untuk kedua kalinya Tami pulang menuju Bandung untuk keperluannnya, dan dia memberitahukan Rey akan kepulangannya iu. Rey begitu antusias dan bahagia mendengar kepulangan Tami yang cukup lama. Dan Tami juga tidak bisa membohongi kebahagiaan hatinya kini, karena yang terfokus dalam otaknya yaitu bertemu dengan pujaan hatinya.
Malam itu dia membereskan baju dengan begitu semangatnya, ”Mau berangkat jam berapa de?” Ibu bertanya ”Besok pagi bu!” ”Oh hati – hati disana , irit – irit juga uangnya!” ”iya ah mama!”.
Pagi – pagi sekali Tami bangun, bergegas mandi dan menyantap masakan ibunya. Yah terlihat sekali semangatnya untuk segera pulang, ”Ayo de abang anterin! Awas lo kalo kesini bawain oleh – oleh” ”Ah iya bang cerewet lo!”.
Selama diperjalanan Tami dan Rey bercakap – cakap di sms yah keduanya memang sepertinya terlihat bahagia dengan kejadian ini. Karena kebahagiaan hatinya perjalanan tak dirasakannya dan sekarang dia sudah berada di kota tercintanya Bandung. Ayah sudah berdiri menyambut kedatangan Tami, ”Ada yang dibawa lagi?” ”Engga yah Cuma ini”. Sesampainya dikamar tercintanya Tami merebahkan badannya, yah memang cukup lelah walaupun perjalanan tidak terasa. ”Tam, besok mau nganter ga?” ”Kemana Rey?” ”Liat – liat aja sekalian jalan” ”Oh iya ayo deh”. Tami begitu bahagia dengan ajakan Rey.
Pagi pun menjelang Tami bangun dan membereskan bagian – bagian rumahnya, dia tetap tidak melupakan tugasnya sebagai seorang gadis. Setelah selesai, dia langsung membongkar isi lemari dan mencari kostum terbaik untuk jalan bersama Rey, yah hatinya terlihat sangat bahagia sekali. Siang itu Rey menjemput didepan rumah, Rey cukup terpesona melihat penampilan Tami ”Kamu cantik!” ”Ih apaan sih” ”Ih serius sumpah emang bener!” ”Ha ha ha Iya lah udah ah!” ”Ha ha ha, mau jalan kemana nih?” ”Yah terserah kamu aja”, Akhirnya Rey memutuskan mengajak Tami nonton, yah film yang tidak terlalu membosankan juga untuk Tami. Setelah itu Rey mengajak Tami makan, ”Hey jangan terlalu kurus gini! Makan yang banyak” Rey menunjukan perhatiannya ”Iya ah wew ini juga lagi masa pemulihan!” ”iya bagus!” Rey mendukung.
Diluar cuaca sangat mendukung dan mereka pergi dengan motor merah kesayangan Rey. Saat perjalanan pulang hujan turun begitu lebat ”Tam, kita neduh dulu aja ya?” ”Iya Rey ayo!” dan akhirnya mereka berhenti di sebuah toko yang kebetulan sedang tutup. ”Aduh Rey maaf yah kamu jadi hujan – hujanan gini gara – gara aku!” ”Ye biasa aja kali Tam kan aku yang ngajak!” ”Rey!” ”Apa?” ”Emang hubungan kita udah ga bisa tertolong lagi ya? ”Hmmmm” Rey menjawab dengan nada yang tidak jelas apa maknanya. Tapi mendudukan kepalanya dan sepertinya dia tidak kuasa menahan rasa sedih yang ada dihatinya ”Hey kenapa” Rey menggenggam tangan Tami, ”Engga kok” Tami mencoba menyangkal atas apa yang dirasakannya. ”Jangan bohong deh!” ”Engga!” Tami bersikeras. ”Kita jalani dulu aja lagi” tiba – tiba Rey melontarkan kata yang membingungkan Tami ”Maksud kamu?” ”Yah biasa lagi kaya sebelum – sebelum ini!?” ”Hah? Kita gak jadi putus?” ”Iyaaa” Rey menjawab dengan senyuman sambil mengelus kepala Tami. ”Aku gak tau mesti ngomong apa, aku bahagia!” ”Ha ha ha , ah gak usah lebay!” ”Iya deh” Akhirnya Tami bisa tersenyum dengan sangat bahagianya. Segera dia beritahukan kabar gembira itu pada teman – teman dekatnya, dan mereka pun sepertinya cukup gembira mendengar berita itu.
Tak terasa hari – harinya bersama Rey sudah harus berakhir, malam itu Tami harus berangkat kemabli ke Jakarta. ”Ya udah baik – baik yah disana!” ”Iya Rey, kamu juga jangan bandel disini” ”Iya sip tenang aja!” ”Hehe makasih ya!” ”Iya sama – sama, ya udah siapin dulu barang – barang sana ! nanti ada yang ketinggalan lagi!” ”Sip bos!” percakapan Rey dan Tami yang terlihat sangat harmonis.
Dan akhirnya Tami menjalankan kembali rutinitasnya dengan penuh semangat, yah tentu saja karena dukungan Rey yang selalu membuatnya tenang dan nyaman. Kini Tami hanya berharap Tidak ada lagi kejadian seperti mimpi buruk dihari kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar